MAKALAH
KEPERAWATAN ANAK
MENINGITIS
Disusun Oleh
TESALONIKA MARENTEK
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MANADO
JURUSAN
KEPERAWATAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat, hikmat, dan tuntunan-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Meningitis.
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini ialah untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis.
Penulisan makalah ini berisi
tentang” Meningitis”.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan – kekurangan, ini tidak
terlepas dari kemampuan penulis yang masih terbatas. Menyadari akan hal itu,
maka penulis mengharapkan bantuan baik berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Manado, Maret
2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ………………………………………………………………...... i
Daftar Isi
………………………………………………………………….......... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1
B.
Tujuan Penulisan ……………………………………… 1
C.
Manfaat Penulisan .......................................................... 1
D.
Metode Penulisan
........................................................... 1
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
............................................................................ 2
B. Etiologi
................................................................................ 2
C. Jenis
– jenis meningitis ....................................................... 2
D. Epidemilogi
......................................................................... 4
E. Manifestasi
Klinis ............................................................... 4
F. Patofisiologi
........................................................................ 5
G. Komplikasi
......................................................................... 5
H. Penatalaksanaan
Medis ...................................................... 5
I. Prognosis
............................................................................ 6
J. Pencegahan
......................................................................... 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENINGITIS
I.
Pengkajian
........................................................................... 7
II.
Diagnosa
Keperawatan ...................................................... 9
III.
Implementasi
.......................................................................
10
IV.
Evaluasi
............................................................................... 10
BAB IV PENUTUP
· Kesimpulan
· Saran
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang
tipis/encer yang
mengepung otak dan
jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia, atau
protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus
meningitis
berasal dari cairan
yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah
melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang
menghirup udara tersebut.
A. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini :
1. Memberikan
informasi kepada pembaca tentang Meningitis.
2. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang Meningitis.
3. Untuk
memenuhi tugas yang diberikan kepada penulis.
B. Manfaat Penulisan
Memberikan
informasi kepada kita tentang terjadinya Meningitis.
.
C. Metode Penulisan
a. Buku
- buku
b. Diskusi
c. Internet
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.
Pengertian
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang
mengenai lapisan piamater dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk
cairan serebrospinal (CCS) (Hickey, 1997).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen,
yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak (Black
& Hawk, 2005)
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput yang membungkus
otak (meningens).
2.
Etiologi
· Infeksi sekunder dari bakteri :
sinusitis, OMA/OMK, Pneumonia, Endokarditis,
Osteomylitis
· Organisme bakteri : Neisseria, haemophilus
influensa, streptococcus
pneumonia
· Virus : Aseptic meningitis
· Trauma : Fraktur
pada tulang tengkorak, luka pada kepala. Lumbal
Fungsi, Prosedur shunting ventrikuler.
3.
Jenis
– Jenis Meningitis
Jenis meningitis ada 3 yaitu :
· Meningitis bakterial
Meningitis bakterial merupakan
karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme masuk kedalam
ruang arahnoid dan subarahnoid.
Meningitis bakterial merupakan
kondisi emergensi neurologi dengan angka kematian sekitar 25 % (Ignatavicius
& Wrokman, 2006).
Meningitis bacterial adalah suatu
peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel
polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri
penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. (Arif Mansjoer.Kapita
Selekta.2000:437).
2
Meningitis purulenta adalah radang
selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non
spesifik dan nonvirus. (Ngastiyah: 2005)
Meningitis bakterial jika cepat
dideteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat akan mendapatkan hasil yang
baik. Meningitis bakterial sering disebut juga sebagai meningitis purulen
atau meningitis septik.
Bakteri yang dapat mengakibatkan
serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia (pneumococcus), Neisseria
meningitides, Haemophilus influenza, (meningococcus), Staphylococcus
aureus dan Mycobakterium tuberculosis.(Ginsberg, 2008).
Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus), bakteri ini penyebab tersering meningit akut, dan paling umum
menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak. Neisseria
meningitides (meningococcus) bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak
setelah Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada
saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran
darah. Haemophilus influenza, Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis
bakteri yang juga dapat menyebabkan meningitis. Jenis bakteri ini sebagai
penyebab terjadinya infeksi pernafasan bagian atas, telinga bagian dalam dan
sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaksin) telah membuktikan terjadinya angka
penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis
ini.Staphylococcus aureus, Mycobakterium tuberculosis jenis hominis.
· Meningitis virus
Meningitis virus biasanya disebut
meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari bermacam-macam penyakit
akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster.
(Wilkinson, 1999).
Meningitis virus adalah suatu
sindrom infeksi virus susunan saraf pusat yang akut dengan gejalah rangsang
meningeal,pleiositosis dalam likuor serebrospinalis dengan
deferensiasi terutama limfosit,perjalanan penyakit tidak lama dan
selflimited tanpa komplikasi.(Ngastiyah:2005)
Virus penyebab meningitis dapat
dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA (ribonuclear acid) dan virus DNA
(deoxyribo nucleid acid). Contoh virus RNA adalah enterovirus
(polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue), mixovirus (influenza,
parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA antaa lain virus herpes,
dan retrovirus (AIDS) (PERDOSSI, 2005)
Meningitis virus biasanya dapat
sembuh sendiri dan kembali seperti semula (penyembuhan secara komplit)
(Ignatavicius & Wrokman,2006).
Pada kasus infeksi virus akut,
gambaran klinik seperti meningitis akut, meningo-ensepalitis akut atau
ensepalitis akut.
3
·
Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada
susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan
tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
Manifestasi infeksi jamur dan
parasit pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan
proses desak ruang (abses atau kista).
Angka kematian akibat penyakit ini
cukup tinggi yaitu 30% -40% dan insidensinya meningkat seiring dengan pemakaian
obat imunosupresif dan penurunan daya tahan tubuh (Martz, 1990 dalam Depkes RI,
1998).
Meningitis kriptokokus neoformans
biasa disebut meningitis jamur, disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf
pusat yang sering terjadi pada pasien acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS). (Ignatavicius & Wrokman, 2006; Wilkinson, 1999).
4.
Epidemilogi
Meningitis
virus lebih sering dijumpai pada orang dewasa.Di negeri tropis dan subtropics tingginya
frekuensi meningitis virus tidak bergantung pada musim seperti di negeri
beriklim dingin yang angka kejadian tertingginya dijumpai pada musim panas dan
musim dingin.
5.
Manifestasi
Klinis
Gejala Meningitis :
· Bayi : Demam, Kejang pada tengkuk,
Rewel/gelisah, Susah makan, Menangis terus
menerus, Lemah, Intensitas interaksi
berkurang, Ubun-ubun membenjol
· Anak : Demam, Kejang pada tengkuk,
Sakit kepala, Mual, Bingung/disorientasi,
Serangan mendadak, Tidak suka
cahaya terang (fotofobia), Ruam di sekujur tubuh
· Dewasa : Sakit kepala,demam, mual,
muntah, photopobia, adanya tanda rangsang
meningeal/iritasi meningen
seperti; kaku kuduk positif, tanda Kernig positif,
dan tanda Brudzinski positif,
perubahan tingkat kesadaraan, kejang,
peningkatan tekanan
intrakranial, disfungsi saraf kranial, dan penurunan status
mental (Ignatavicius &
Wrokman, 2006; Hickey, 1997).
Tanda dan gejala lain yang tidak khas pada pasien meningitis
adalah; terjadi hipersensitivitas kulit, hiperanalgesia, dan hipotonus otot,
walaupun fungsi motorik masih dapat dipertahankan. Efek toksin pada otak atau
thrombus pada suplai vaskular ke area serebral menyebabkan ketidakmampuan
permanen fungsi serebral, jika terjadi perubahan patologi, maka dapat terjadi
hemiparesis, demensia, dan paralisis (Hickey,1997).
4
6.
Patofisiologi
Meningitis
bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit
dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan
di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral.
Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada
infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
7.
Komplikasi
· Komplikasi mayor meningitis bakteri
1. Cerebral - Edema otak dengan
resiko herniasi
2. Komplikasi pemb darah arteri:
arteritis vasopasme, fokal kortikal, hiperperfusi,
gangguan serebrovaskular autoregulasi
3. Septik sinus/ trombosis venous
terutama sinus sagitalis superior, tromboflebitis
kortikal
4. Hidrosefalus
5. Serebritis
6. Subdural efusi (pada bayi dan
anak)
7. Abses otak, subdural empiemi
· Komplikasi ekstrakranial
1. Septik shock
2. DIC
3. Respiratory distress sindrom
4. Arteritis (septik atau reaktif)
5. Ggn elektrolit: hiponatremi,
SIADH,central diabetes insipidus (jarang)
6. Komplikasi spinal :mielitis, infark
8.
Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan secara medis pada
meningitis dapat dilakukan dengan cara diberikan
a)
Koreksi gangguan asam basa
elektrolit, apabilla terdapat ketidak seimbangan asm basa
dan
elektrolit dapt diberikan Cairan intravena MARTOS-10 Dosis: 0,3 gr/kg
BB/jam Mengandung 400 kcal/L
5
b)
Atasi kejang dapat diatasi dengan,
Kortikosteroid.golongan deksametason 0,6
mg/kgBB/hari
selama 4 hari, 15-20 menit sebelum pemberian antibiotic
c)
Antibiotik. Terdiri 2 fase yaitu
empiric dan setelah hasil biakan dan uji resistensi.
Pengobatan
empiric pada neonates adalah kombinasi ampisilin dan aminoglikosida atau
ampisilin dan sefotaksin. Pada umur 3 bulan – 10 tahun kombinsasi ampisilin dan
kloramfenikol atau sefuroksim/sefotaksim/sefriakson. Pada usia lebih dari 10
tahun digunakan penislin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi
dan anak 10 – 14 hari.
d)
Streptomisin, PAS dan INH. Dapat
diberikan diberikan dengan dosis 30-50 mg/kg BB/ hari selama 3 bulan atau jika
perlu diteruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi, sampai likuor
serebrospinalis menjadi normal. PAS dan INH diteruskan paling sedikit samapi 2
tahun. Umtuk mengatasi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau
muntah.
9.
Prognosis
Prognosis pada meningitis bakteri : Prognosis buruk pada
usia yang lebih muda, infeksi berat yang disertai DIC. Mortalitas bergantung
pada virulensi kuman penyebab, daya ytahan tubuh pasien, terlambat atau
cepatnya.mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan dan
perawatan yang diberikan. Perawatan, akan dibicarakan bersama – sama dengan
meningitis tuberkolosa.
Prognosis pada meningitis tuberkulosa : Pasien yang tidak
diobati biasanya meninggal dunia. Yang berumur lebih muda dari 3 tahun
mempunyai prognosis lebih buruk daripada yang tua. Hanya 18% dari yang hidup
mempunyai fungsi neurologis dan intelektual normal.
Prognosis pada meningitis virus : Penyakit ini self limited
dan penyembuhan sempurna dijumpai setelah 3-4 hari pada kasus ringan dan
setelah 7-14 hari pada keadaan yang berat.
10.
Pencegahan
Vaksin konjugat pneumokokus. Vaksin tersebut dianjurkan
untuk diberikan kepada bayi dan anak yang berusia 2 bulan hingga 9 tahun.
Pemberian vaksin paling baik dilakukan pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12
bulan dan 15 bulan. Vaksin konjugat pneumokokus juga hanya menimbulkan efek
samping yang ringan seperti kulit kemerahan, sedikit bengkak dan nyeri pada
daerah sekitar suntikan. Gejala umum setelah pemberian vaksin seperti demam,
mengantuk, rewel, nafsu makan berkurang, jarang ditemukan pada bayi.
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN MENINGITIS
I.
Pengkajian
·
Identitas
klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku/bangsa :
Tanggal
MRS/jam :
Tanggal pengkajian/jam :
No. Med. Reg. :
Diagnosa medis :
·
Riwayat Kesehatan
· Keluhan
Utama :
Sesak napas
· Riwayat
Keluhan Utama :
Pada
umumnya pasien mengalami penyakit pernafasan seperti sesak nafas.
· Riwayat
Kesehatan Sekarang :
Gambaran gejala yang dialami saat ini, kapan mulai, gejala
menurun/meningkat,
bagaimana mengatasinya.
· Riwayat
Kesehatan dahulu :
Pasien pernah mengalami Penyakit pernafasan, trauma
kepala/fraktur, infeksi sinus, hidung,telinga, penyakit jantung, DM,Ca,
pembedahan, bedah syaraf/telingga.
·
Pemeriksaan Fisik :
-
Manifestasi klinis
-
Tingkat kesadaran, Orientasi
-
Reaksi pupil dan pergerakan mata
-
Respon motorik
-
Tanda awal : Lethargi, perubahan memori, gangguan perhatian, perubahan tingkah
laku (kepribadian)
-
Tanda penyakit lanjut: Stupor, nyeri kepala berat, nyeri otot, pupil reaktif
terhadap
cahaya
(photo phobia), Nistagmus, Disfungsi syaraf
7
III,IV,VI,VII,VIII.
-
Hemiparesis, hemaplegia, tonus otot menurun
-
Kaku kuduk, kernig’s, Bruzinski, nyeri kepala
-
Nausea, muntah, panas, Tachicardia
(1)
Aktivitas
Gejala :
Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda :
ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
(2).Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi :
endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun,
dan tekanan nadi berat, takikardi,
disritmia.
(3).Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
(4).Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit
menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek
dan membran mukosa kering.
(5). Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6). Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena,
kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan
halusinasi,
kehilangan memori,
afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki
positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek
abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang
pada laki-laki.
(7). Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut
hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
(8). Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau
paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
·
Pemeriksaan Penunjang :
·
Pemeriksaan
Lab darah lengkap: HB,HT,LED,Erytrosit,Lekosit
Laju endap darah meninggi, Jumlah
sel berkisar antara 200-500/mm3, mula-mula sel PMN dan limfosit dalam proporsi
sama atau kadang-kadang sel PMN lebih banyak, selanjutnya limfosit yang lebih
banyak. Kadang-kadang jumlah sel pada fase akut dapat mencapai kurang lebih
1000/mm3. Kadar protein meninggi dan glukosa menurun.
· Kultur darah
CT-Scan, X-Ray
Cairan serebrospinal berwarna jernih
atau xantokrom, bila dibiarkan mengendap akan membentuk batang-batang,
kadang-kadang dapat ditemukan mikroorganisme didalamnya. Foto dada biasanya
normal, bisa terdapat gambaran milier dan kalsifikasi.
8
· Lumbal fungsi
Fungsi lumbal penting sekali untuk
pemeriksaan bakteriologik dan laboratorium lainnya. Likuor serebrospinalis
berwarna jernih, opelesen atau kekuning-kuningan (xantokrom). Tekanan dan
jumlah sel meninggi namun umumnya jarang melebihi 1500/3mm dan terdiri dari
limfosit terutama. Kadar protein meninggi sedangkan kadar glukosa dan klorida
total menurun. Bila cairan otak didiamkan akan timbul fibrinous web (pelikel),
tempat yang sering ditemukannya basil tuberkulosis. Dugaan bahwa seorang pasien
menderita meningitis tuberkulosa dengan melihat hasil pungsi lumbal berupa
cairan serebrospinalis yang jernih. Juga adanya kelainan radiologis serta
adanya sumber di dalam keluarga.
· Uji tuberkulin
Uji tuberkulin pada meningitis bakteri dianggap kurang
bermakna karena sering negatif disebabkan adanya anergi 36%. Untuk memberikan
pengobatan yang tepat diperlukan menemukan kuman tuberkulosis yang dapat
ditemukan dengan melakukan biakan dari cairan serebrospinalis.
II. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan perfusi jaringan b.d peningkatan ICP/edema otak
Tujuan : meningkatkan perfusi jaringan ke otak
Kriteria
hasil :- kesadaran pasien penuh
- TTV normal : TD 110/70 mmHg, Rr,
N,
- Pasien tidak kejang dan bisa
orientasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat kesadaran, dan TTV.
2. Ciptakan lingkungan tenang (cegah
agitasi-peningkatan TIK).
3. Pertahankan tirah baring dengan
posisi datar.
4. Pantau sesuai indikasi setelah
dilakukan punksi lumbal.
5. Kaji adanya rigiditas nuksi, gemetar,
kegelisahan yang meningkat, peka rangsangan ,
dan adanya serangan kejang.
6. Catat kejadian berhubngan status
neurologis: Kejang, disorientasi.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d iritasi meningeal
Tujuan : menurunkan rasa nyeri
Kriteia hasil : - skala nyeri pasien menurun
- Pasien merasa nyaman
- Pasien bisa istirahat dengan cukup
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat
tinggkat nyeri yang dirasakan klien.
2. Berikan posisi nyaman dan aman
(pasang sidedriil)
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan klien.
3. Berikan analgesik sesuai program
(monitor reaksi dan respon pasien)
Rasional : Untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri.
9
3. Hiperthermia b.d proses infeksi
dan edema cerebral
Tujuan : menurunkan panas
Kriteria hasil :- TTV normal
Intervensi :
1. Kaji TTV
Rasional : Efektif membantu pemantauan suhu,TD,respirasi,nadi.
2. Berikan Kompres hangat.
Rasional : Untuk membantu penurunan suhu
tubuh.
3. Monitor temperatur secara
kontinue
Rasional : untuk memantau apakah ada kenaikan
atau penurunan suhu tubuh klien.
4. Ganti baju kain bila basah
Rasional : untuk mengurangi resiko adanya
iritasi pada kulit.
5. Berikan antibiotik dan
antipiretik sesuai program
Rasional : untuk terapi pengobatan penurunan
suhu tubuh.
4. Resti defisit volume cairan b.d
meningkatnya temperatur, menurunnya intake cairan
Tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit
pasien terpenuhi
Intervensi :
1. Monitor intake-output, monitor
CVP bila ada
Rasional : Untuk mengkaji seberapa intake dan
output klien, dan memonitor devisit
cairan.
2. Beri cairan IV sesuai program,
cegah over-load cairan
Rasional : Untuk ketepatan cairan intravena
yang diberikan dan mengurangi resiko
devisit
volume cairan yang berlebihan.
3.
Menurunkan edema
Rasional : mengurangi pembengkakan pada
selebri.
5. Resti defisit nutrisi b.d
peningkatan metabolisme,intake nutrisi tidak adekuat
Tujuan : mencegah adanya deficit nutrisi.
Intervensi
:
1. Pantau adanya mual muntah dan
anoreksia.
Rasional :
Mengurangi rasa mual dan muntah
2. Berikan asupan nutrisi sedikit – sedikit tapi sering.
Rasional :
Membantu asupan makanan agar terpenuhi
III.
Implementasi
1. Mengkaji
tingkat kesadaran, TTV
2. Memberikan
posisi aman dan nyaman
3. Memberikan
kompres hangat untuk membantu penurunan suhu badan
4. Menurunkan
edema
5. Memantau
adanya mual/muntah dan anoreksia
IV.
Evaluasi
1.
Meningkatnya perfusi jaringan ke
otak
2.
Rasa nyeri berkurang
3.
Suhu badan kembali normal
4.
Kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi
10
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu
infeksi/peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak
dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia,
atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis adalah infeksi yang
menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan yang
berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui
udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.
B.
SARAN
Untuk
memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara cepat
dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan
setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit
keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat
maupun untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
437-439
Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.